Monday, December 16, 2013

Sejarah Bencana Desa Sudan dan Respon Terhadap Program Sekolah Aman (Refleksi Fasilitator Sekolah Bagian 1.)



Historia Panta Rei
Sejarah selalu mengalir dan selalu berulang
-Filsafat Yunani-

Sebagai `orang luar` yang melakukan intervensi program pengurangan resiko bencana, kita perlu jeli dan perlu banyak belajar dari masyarakat di sekitar penerima manfaat program; melihat mereka berinteraksi, kearifan lokal yang mereka miliki, modal sosial mereka, potensi ancaman dan kerentanan yang mungkin terjadi, serta kapasitas yang telah ada. Termasuk di dalamnya adalah jeli melihat cara pandang mereka terhadap suatu bencana. Hal ini penting karena untuk melihat tingkat kemendesakkan (urgensi) program yang kita intervensikan. Sejatinya apa yang dipikirkan masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak secara kolektif dipengaruhi oleh peristiwa yang dialaminya. Jika seseorang atau suatu masyarakat belum pernah mengalami sejarah bencana (alam), maka respon mereka terhadap `kata` bencana akan berbeda dengan orang atau suatu masyarakat yang pernah memiliki sejarah bencana atau sering mengalami bencana.


Program Sekolah Aman hadir di Desa Sudan sejak Maret 2012. Program yang diinisiasi dan diimplemaentasikan oleh KYPA dengan dukungan Plan Indonesia dan Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang ini, menyasar di sekolah dasar yakni SD N Sudan. Sambutan awal terhadap program relatif cukup baik. Pihak sekolah berpendapat program ini bisa membantu dalam hal menanggulangi ancaman bencana, atau setidaknya bisa mengurangi resiko terjadinya bencana di sekolah. Disamping ancaman debu sebagai slow on set disaster, yang rutin terjadi dan secara perlahan-baik disadari maupun tidak-mempengaruhi kesehatan dan aktivitas belajar anak di sekolah, SD N Sudan juga memiliki pengalaman traumatis dengan ancaman banjir pada medio Februari tahun 2006 silam. Saat itu Desa Sudan, Desa Narukan, Desa Sumurpule bahkan hingga Pasar Pandangan menjadi daerah terdampak banjir. Kala itu hujan lebat mengguyur dari pukul 2 dini hari hingga pukul 6 pagi tanpa jeda yang menyebabkan ruang kelas SD N Sudan yang saat itu sedang ada kegiatan Persami Pramuka, turut terendam banjir. Anak-anak yang sedang berkegiatan terpaksa diungsikan. Bapak Kasmuri, salah seorang guru, memberikan kesaksian waktu itu anak-anak diungsikan dengan berbagai cara, termasuk ada juga yang terpaksa digendong di tengah guyuran hujan saat dini hari.
                Berangkat dari pengalaman pernah terdampak banjir tersebut, Kepala Sekolah dan para guru menyambut baik hadirnya program Sekolah Aman di sekolah mereka.
Harapan awal mereka tentu saja supaya program ini bisa membantu dalam upaya menanggulangi ancaman bencana yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah, termasuk banjir. Anak-anak diharapkan bisa lebih sigap jika ada bencana dengan program dari KYPA ini. Di awal-awal program, harapan agar program ini selain memberikan kapasitasi, juga memberikan bantuan fisik sempat muncul. Namun, seiring berjalannya waktu, maka mereka lebih bisa memahami, bahwa program ini tidak berorientasi fisik. Program Sekolah Aman lebih berorientasi pada peningkatan kapasitas murid dan guru melalui serangkaian kegiatan sosialisasi, pelatihan HVCA, pelatihan PRB, Workshop dan Pengecekan Struktur Bangunan Sekolah, serta pembentukan Tim Siaga Sekolah berikut perangkat kebijakan pendukung yang pro PRB.
                Dalam perjalanan Sekolah Aman di SD N Sudan, ada catatan menarik terkait antusiasme dan respon warga sekolah terhadap program. Diantaranya adalah program mampu mendorong sekolah untuk menggunakan dana sekolah – termasuk dana BOS- guna mendukung upaya pengurangan resiko bencana di sekolah, khususnya banjir. Dalam dokumen Renaksi SD N Sudan disebutkan bahwa sekolah merencanakan membangun prasarana fisik yang dapat mendukung sekolah aman. Diantaranya dengan memperkuat dan menutup selokan sumber banjir di depan sekolah, memperkuat tembok dan gerbang sekolah serta membuat tempat parkir yang aman bagi siswa. Rencana tersebut kemudian dieksekusi dan dilaksanakan pada pertengahan Maret dengan menggunakan dana sekolah yang berasal dari dana penjualan sisa material rehab gedung, BOS serta dana komite. Di sini terlihat semangat kemandirian sekolah untuk mendukung dan mendekatkan rasa aman bagi seluruh warga sekolah.

                Tingkat partisipasi para pihak dalam setiap kegiatan Sekolah Aman pun juga relatif lebih baik. Baik komite, wali murid, maupun dari UPT Dispendik kecamatan Kragan. Kendala yang ditemui di lapangan adalah dukungan Pemerintah Desa Sudan yang kurang maksimal terhadap jalannya program Sekolah Aman. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata memang ada sejarah perbedaan pandangan politik di masa lalu antara Kepala Desa dan salah seorang guru. Perbedaan pandangan tersebut membawa pengaruh terhadap partisipasi Kepala Desa-yang jarang- untuk tidak mengatakan minus, di setiap kegiatan Sekolah Aman. Namun demikian, karena relasi SD yang cukup baik dengan para pihak lain seperti  dengan Puskesmas Kragan II, menjadikan upaya-upaya PRB yang dikampanyekan dalam program Sekolah Aman sedikit mendapat angin segar dan dukungan. Keterlibatan Puskesmas Kragan 2 dalam simulasi ke-2 bencana banjir dengan mengirimkan Ambulance berikut stafnya, dapat menjadi catatan program yang baik terkait respon terhadap program Sekolah Aman.

Panji Pranowo
Field Officer Safe School Project Kab. Rembang 2012-2013.

No comments: